Halaman

Sabtu, 29 Januari 2011

Perjalanan Rasulullah SAW ke Thaif

Meskipun sudah 9 tahun Rasulullah SAW menyampaikan ajaran agama Islam dan berusaha untuk menyampaikan petunjuk dan perbaikan kepada kaumnya di kota Makkah Mukarramah, tetapi sangat sedikit selain orang2 yang sudah memeluk Islam yang mau menerima ajkan beliau. Selain orang2 seperti ini, ada juga sebagian orang yang dhahirnya belum memeluk agama Islam, tetapi mereka telah bersedia untuk menolong usaha dakwah Rasulullah SAW. Kebanyajan kaum kuffar di Makkah selalu menghalangi, menggangu, dan mencemooh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Para sahabat yang tidak bisa berbuat apapun mereka tidak akan mempedulikan gangguian tersebut.
Paman Rasulullah SAW sendiri, yaitu abu Thalib, termasuk dalam golongan orang2 yang belum memeluk Islam, tetapi hatinya sangat suka kepada Rasulullah SAW. Beliau merasa senang untuk menolong Rasulullah SAW.
Pada tahun ke-10 setelah kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum kuffar semakin meningkatkan usaha mereka dalam mencegah berkembangnya agama Islam dan selalu berusaha mengganggu kaum muslimin di mana saja dan kapan saja mereka berkesempatan.
Suatu ketika Rasulullah SAW merencanakan untuk pergi ke Thaif. Di sana ada kabilah Tsaqif, yaitu kabilah yang sangat besar jumlahnya. Beliau SAW berpendapat jika penduduk Thaif memeluk Islam, maka kaum muslimin bisa melepaskan diri mereka dari siksaan dan cobaan orang kuffar, dan Thaif akan dijadikan sebagai pusat penyebaran agama Islam.
Setelah tiba di kota Thaif, Rasulullah SAW langsung menemui 3 orang yang oleh beliau dianggap sebagai pemuka dan tokoh masyarakat setempat. Setelah Rasulullah SAW berbicara dengan mereka, beliau mengajak mereka kepada agama Allah SWT dan ikut membantu menyebarkan agama yang dibawa oleh beliau. Tetapi bukan saja menolak, bahkan mereka enggan untuk mendengarkan ajakan Rasulullah SAW. Sikap tersebut sangat bertentangan dengan norma dan kebiasaan orang Arab yang biasanya terkenal sangat menghormati tamu. Pada saat itu mereka menerima Rasulullah SAW tanpa penghormatan sama sekali, bahkan mereka menerima beliau dengan akhlak yang sangat buruk. Dengan terus terang mereka menyatakan ketidaksukaan jika Rasulullah SAW berada di tempat mereka. Pada mulanya beliau berharap agar kedatangannya kepada orang2 yang dianggap sebagai tokoh masyarakat akan diterima dengan kata2 yang baik dan penuh kelembutan, tetapi beliau justru diterima dengan kata2 yang kasar dan menyakitkan. Salah seorang dari mereka berkata, "Oh, kamukah yang dipilih oleh Allah sebagai nabi-Nya?" Yang lain mengatakan, "Apakah tidak ada orang lain yang lebih pantas dipilih oleh Allah sebagai nabi?" Yang ketiga mengatakan, "Saya tidak mau berbicara denganmu, karena jika kamu benar2 seorang nabi seperti yang engkau akui, maka jika aku menolaknya, itu bukan suatu musibah bagiku. Sebaliknya, jika engkau berbohong maka aku tidak sudi berbicara lagi denganmu."
Setelah bertemu dengan orang2 yang tidak bisa diharapkan seperti mereka itu, maka Rasulullah SAW berharap dapat berbicara dengan orang2 selain mereka. Ini memang merupakan sifat Rasulullah SAW yang selalu ber-sungguh2 dan teguh pendirian serta tidak mudah berputus asa. Tetapi ternyata tidak satu pun dari mereka yang mau menerimanya. Bahkan bukan saja mereka tidak mau menerima ajakan Rasulullah SAW, tetapi mereka juga menyuruh Rasulullah SAW dengan mengatakan kepada beliau, "Cepat2lah keluar dari kampung kami, pergilah ke tempat mana saja yang engkau sukai asalkan jangan di sini."
Ketika Rasulullah SAW tidak bisa lagi mengharapkan sesuatu apapun dari mereka, maka beliau pergi meninggalkan tempat tersebut. Tetapi orang2 di kota tersebut telah menyuruh para pemudanya agar mengikuti Rasulullah SAW dan mengganggunya, mengejeknya, serta melempari beliau dengan batu. Sehingga kedua belah sandal beliau penuh dengan cucuran darah. Dalam keadaan seperti inilah Rasulullah SAW kembali dari kota Thaif. Dalam perjalanan pulang, beliau menjumpai suatu tempat yang dirasa aman dari kejahatan orang2 tersebut, maka Rasulullah SAW berdoa kepada Allah SWT :
"Ya Allah, aku mengadukan kepada-MU akan lemahnya kekuatanku dan sedikitnya daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai Yang Maha Rahim dari sekalian rahimin. Engkaulah Tuhannya orang2 yang merasa lemah, dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah Engkau serahkan diriku. Kepada musuh yang menghinaku ataukah kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal saja aku tetap dalam keridhaan-Mu. Dalam pada itu afiat-Mu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya Wajah-Mu Yang Mulia yang menyinari seluruh langit dan menerangi semua yang gelap dan atasnyalah teratur segala urusan dunia dan akhirat, dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahan-Mu atau dari Engkau turun atasku adzab-Mu. Kepada Engkaulah aku mengadukan urusanku sehingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan melalui Engkau."
Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah SAW sehingga Jibril as dating dan memberi salam kepada beliau, dan berkata, "Allah SWT mengetahui apa yang terjadi dalam pembicaraanmu dengan kaummu, dan Allah mendengar jawaban mereka terhadapmu, dan Dia telah mengutus satu malaikat yang bertugas mengurusi gunung2 kepadamu untuk melaksanakan apa saja perintah yang diinginkan olehmu." Setelah malaikat itu dating dan memberi salam kepada Rasulullah SAW, ia berkata, "Apa yang engkau perintahkan akan saya lakukan. Jika engkau suka, saya sanggup membenturkan kedua gunung di samping kota ini bertubrukan sehingga akan mengakibatkan siapa saja yang tinggal di antara keduanya mati tertindih. Kalau tidak, apa saja hukuman yang engkau inginkan, saya siap melaksanakannya."
Rasulullah SAW yang mempunyai sifat pengasih dan mulia itu menjawab, "Saya hanya berharap kepada Allah SWT. Jika mereka tidak menjadi muslim, semoga pada suatu saat nanti anak2 mereka akan menjadi orang2 yang menyembah dan beribadah kepada-Nya."

Faidah

Inilah akhlak orang yang paling mulia, yang diri kita mengaku sebagai pengikutnya. Tetapi sikap kita jika mendapat kesulitan sedikit saja, maka kita akan mencaci mereka, bahkan akan membalas dendam terhadap mereka. Kezhaliman dibalas dengan kezhaliman. Inilah yang selalu kita lakukan dan sudah menjadi kebiasaan kita sekarang. Sedangkan kita masih selalu mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW. Seharusnya dengan pengakuan tersebut tingkah laku kita juga harus selalu mengikuti beliau. Rasulullah SAW sendiri jika mendapatkan kesulitan dan penderitaan yang pedih dari orang lain tidak pernah membalas keburukan tersebut dengan doa keburukan bagi mereka, dan tidak pernah berkeinginan membalas dendam kepada mereka.

terimakasih kepada orang yang telah memposkan tulisan ini terlebih dahulu...tetap semangat berjuang!!

Orang yang paling keras cobaannya adalah para nabi, kemudian yang semisal dengannya dan seterusnya; seseorang dicoba sesuai dengan kadar agamanya; apabila agamanya kuat maka cobaanya keras, dan apabila agamanya lemah maka ia mendapatkan cobaan sesuai dengan kadar agamanya. Cobaan terus menerus menimpa hamba Allah tak pernah lepas darinya sebelum ia berjalan di muka bumi tanpa mempunyai dosa lagi.
(Riwayat Bukhari melalui Sa’id)